Selasa, 03 Februari 2009

kisah persahabatan kera dan ikan

I. Dongeng

Tersebutlah pada suatu masa hidup 2 makhluk bersahabat, seekor kera dan seekor ikan. Sang kera hidup di atas sebatang pohon yg tumbuh di pinggir sungai - tempat hidup si ikan. Mereka sering meluangkan waktu untuk ngobrol dan bertukar pikiran bersama-sama. Kadangkala kelakar terjadi pula di antara mereka. Sungguh persahabatan yang indah.

Hingga pada suatu saat… Kera sedang bertengger di atas dahan tertinggi. Dari sana ia melihat sesuatu di kejauhan. Ya! Banjir bandang di hulu sungai. Dan dengan kecepatan yang tinggi banjir bandang siap segera menerjang ke tempat yang lebih rendah… Tempat tinggal kera dan ikan!

Segera sang kera melompat ke bawah, memanggil sang ikan seraya bekata: “Hoi ikan!! Dimana kau?” “Aku di sini kera”, jawab sang ikan. “Cepat kemari… Banjir bandang melanda dari hulu sungai sana. Cepatlah kau ikut aku. Biar kuselamatkan kau. Akan kuamankan kau bersamaku di puncak dahan tertinggi pohon ini”.

“Tapi kera…” Jawab sang ikan…

“Sudahlah!! Tak ada waktu untuk berdebat! Yang penting kau aman.” Tegas kera sambil segera menyambar sang ikan dari dalam air. Setelah itu segera ia beranjak, melompat ke dahan tertinggi sambil memeluk erat sang ikan sahabatnya.

Tak lama, datanglah banjir bandang, mendera semua benda di permukaan rendah di seputar sungai. Satu jam lamanya banjir mendera semua wilayah di sekitar sungai. Sampai akhirnya banjir surut. Selama itu pula kera memeluk erat ikan sahabatnya, demi keselamatan sang ikan.

Setelah reda… Sang kera melompat kembali ke bawah, hendak mengembalikan sang ikan ke sungai tempat tinggalnya. Dibukanya tangannya, dan terlihat sang ikan masih tertidur menutup mata.

“Hai ikan, bangun!” serunya. Tapi ikan diam.. Ikan… Ikan… bangunlah! Banjir bandang sudah berlalu. Ayo melompatlah kau ke sungai, rumahmu”. Tapi ikan tak menyahut.

“IKAN!!!… IKAN!!” Kera berseru keras. Tersadarlah ia… Ikan telah mati. Mati akibat pelukannya. Manalah ada ikan biasa yang suka hidup di luar air? Sekalipun banjir bandang melanda, air tetaplah tempat ternyaman bagi ikan. Dan bukan pelukan hangat sang kera di atas dahan yg jauh dari air.

Itulah yang hendak disampaikan sang ikan. Tapi kera tak perduli. Dengan cara pandangnya sendiri, ia hendak menyelamatkan ikan. Namun bukannya selamat, sang ikan malah mati kekeringan…


II. Kesimpulan cerita

Seringkali dalam kehidupan ini kita gegabah menentukan sesuatu yang terbaik bagi orang lain. Seorang bapak marah melihat anaknya ingin menjadi gitaris, karena merasa menjadi pengusaha adalah yang terbaik bagi anaknya. Seorang istri marah kepada suaminya yang memilih menggunakan batik kontemporer ke pesta karena menurutnya jas lengkap adalah yang terbaik baginya. Seorang sahabat marah karena sahabatnya tidak mau dicomblangin ke gadis tetangganya yang menurutnya sangat cantik.

Tapi apa mau dikata? Ternyata apa yg tebaik menurut sang ayah, tak cukup baik bagi sang anak. Daripada ia memaksakan diri menjalani hidup sebagai pengusaha tetapi bathinnya tersiksa hingga di hari ia mkenghembuskan nafas terakhirnya, sang anak lebih memilih menjalani hidup dengan “HIDUP” dengan menjadi seorang musisi.

Begitupun kasus suami-istri dan dua sahabat di atas.

Apa yang kita angap baik bagi orang itu, ternyata belum tentu baik bagi dirinya sendiri.

Seperti sang kera dengan egonya yang berpikir bahwa ia telah menyelamatkan sahabatnya, ternyata ia justru sedang membunuhnya! Tragis!

* (ego = ke-AKU-an, tidak melihat di luar AKU)

III. Renungan

Begitupun kita di dunia maya. Banyak teman-teman merasa sudah melakukan sesuatu yang terbaik bagi kita.

seberapa yakinnya kalian semua telah melakukan yang terbaik bagi sahabat2 loe – dan bukannya sedang membunuhnya?!

Apakah lu sang kera itu?

credit to = dogie n guitarforumonline

1 komentar:

ADI WIBOWO mengatakan...

wah manteb nih, ada renungannya juga kok

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda